SMI: Saat Musik Kembali ke Pemiliknya

Dari ruang kecil ke panggung digital, setiap nada punya takdirnya sendiri. Kini, tak ada lagi sekat yang menghalangi musik untuk menemukan jalannya.
Layanan:
Web Development
Tools:
Laravel, PostgreSQL
Date:
Februari 03, 2023
Designer:
Rangga Ardhimarta
Dulu, musik mengalir bebas. Lagu-lagu tercipta, menyebar, dan menemukan jalannya sendiri ke hati banyak orang. Seorang musisi menulis, seseorang menyanyikan ulang, lalu karya itu hidup lebih lama dari penciptanya. Tapi semakin jauh waktu berjalan, semakin banyak batas yang muncul. Regulasi mulai memperumit hal yang seharusnya sederhana. Mau meng-cover lagu? Bisa, tapi perizinannya berlapis. Mau mendistribusikan musik sendiri? Jalannya panjang, mahal, dan sering kali tak jelas arahnya.
Bagi musisi independen, kreator konten, atau bahkan mereka yang sekadar ingin bernyanyi, dunia musik tiba-tiba terasa seperti labirin tanpa peta. Banyak yang akhirnya berhenti sebelum sempat memulai, bukan karena kekurangan ide, tetapi karena terbentur sistem yang tak berpihak.
Namun, sebelum musik bertemu dengan tembok batasan itu, ada perjalanan panjang yang tak banyak orang tahu.
Nada yang Lahir dari Malam-Malam Panjang
Musik tak pernah lahir dari kehampaan. Ia lahir dari detik-detik yang tak terlihat, dari malam-malam yang ditingkahi suara senar gitar yang terus dimainkan berulang. Dari jari-jari yang lelah menari di atas tuts piano, dari lirik yang berkali-kali dihapus dan ditulis ulang di lembaran kusut. Mata yang perih karena begadang, kepala yang penuh nada yang belum menemukan rumahnya. Ada kopi dingin yang terlupakan di sudut meja, ada cahaya layar yang terus menyala, ada kegelisahan yang tak bisa dijelaskan.
Dan pada akhirnya, lagu itu selesai. Sebuah karya yang lahir dari kelelahan, dari harapan, dari seluruh jiwa yang dicurahkan. Tapi kemudian, lagu itu hanya berakhir di folder pribadi. Tersimpan rapi, tapi tak pernah mengudara. Tidak ada yang mendengar, tidak ada yang menyanyikan kembali, tidak ada yang tahu betapa besarnya perjuangan untuk menciptakannya.
Lalu pertanyaannya, apa gunanya melahirkan sesuatu jika dunia tak pernah mendengarnya?
Membuka Akses yang Selama Ini Tertutup
Di tengah kebingungan ini, Solusi Musik Indonesia (SMI) lahir—bukan sekadar platform, tapi gerbang menuju ekosistem musik yang lebih inklusif dan adil.
SMI hadir untuk satu tujuan: membuat musik tetap mengalir tanpa harus terjebak dalam birokrasi yang membelenggu.
Dengan Cover to Master Licensing, SMI membuka akses perizinan bagi siapa saja yang ingin menyanyikan ulang lagu favoritnya. Tak perlu lagi mencari-cari ke mana harus mengajukan izin, tak ada lagi kebingungan soal legalitas. SMI telah bekerja sama dengan 10 publisher musik ternama di Indonesia, memastikan setiap cover yang dibuat bukan hanya sah, tapi juga menghasilkan royalti yang adil bagi semua pihak—baik untuk pencipta lagu maupun sang penyanyi baru yang menghidupkan kembali karyanya.
Bagi mereka yang ingin membawa musiknya lebih jauh, SMI juga menawarkan layanan Distribusi Musik Digital. Tak lagi perlu mengirim demo ke label rekaman yang belum tentu melirik. Tak perlu pusing mencari distributor yang meminta biaya di luar jangkauan. Dengan SMI, musik yang kamu buat bisa langsung masuk ke Spotify, Apple Music, YouTube Music, dan puluhan platform streaming lainnya. Semudah mengunggah file, secepat satu kali klik.
Tapi di balik semua kemudahan ini, ada hal lain yang lebih penting: keadilan.
Royalti Bukan Lagi Mimpi
Di industri musik, ada satu pertanyaan yang sering muncul: Siapa yang sebenarnya diuntungkan?
Di luar sana, tak sedikit platform yang menawarkan kemudahan, tapi di baliknya ada potongan royalti yang besar, ada aturan yang hanya menguntungkan sebagian pihak, ada mekanisme yang membuat musisi independen sulit bertahan. SMI hadir untuk mengubah itu semua.
Setiap musisi yang menggunakan layanan ini tidak hanya mendapatkan akses, tetapi juga hak penuh atas karyanya. Cover to Master maupun Distribusi Musik Digital di SMI tidak hanya gratis, tapi juga memungkinkan kreator untuk mendapatkan penghasilan dari musik yang mereka buat dan bagikan.
Karena musik bukan hanya tentang seni. Musik adalah aset. Musik adalah hak.
Masa Depan Musik Dimulai Hari Ini
Dulu, kita sering berpikir bahwa berkarya di industri musik berarti harus punya label, harus punya modal besar, harus punya koneksi. Hari ini, aturan itu sudah berubah. SMI telah membuka jalan bagi siapa saja yang ingin berkarya tanpa terbebani batasan yang tidak perlu.
Musik harus menemukan tempatnya.
Dan kini, tempat itu telah ada.